Kalau ada satu pantai yang selalu berhasil membuat aku merasa kecil tapi damai, maka Pantai Goa Cina adalah jawabannya. Ini bukan pantai yang ramai turis, bukan juga pantai yang punya deretan cafe fancy ala Bali. Tapi justru di situlah pesonanya—liar, sepi, dan jujur.
Jadi, izinkan aku menceritakan perjalananku ke Goa Cina. Siapa tahu kamu juga butuh pelarian kecil dari riuhnya dunia.
Awalnya Cuma Niat Cuci Kepala
Waktu itu aku lagi di Malang untuk urusan kerja. Tiga hari yang penuh rapat, ngopi sambil bahas revisi, dan makan mie instan tengah malam di hotel. Pas agenda udah kelar, aku mikir, “Kenapa gak sekalian healing tipis-tipis?”
Setelah cari-cari referensi, aku nemu satu nama yang belum pernah kudengar sebelumnya: Pantai Goa Cina. Lokasinya ada di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, sekitar 70 km dari pusat Kota Malang. Tanpa pikir panjang, aku sewa motor dan berangkat ke sana sendirian.
Dan itu keputusan terbaikku minggu itu.
Jalanan Sunyi, Tapi Menyejukkan
Perjalanan ke Pantai Goa Cina tuh nggak mudah-mudah amat, tapi justru di situ serunya. Aku ngelewatin jalur-jalur kecil, sawah-sawah hijau yang luasnya kayak lautan, dan hutan jati yang tenang banget. Kadang cuma aku, motor, dan suara burung hutan.
Tapi setiap kali mulai capek, aku selalu ingat tujuan: laut.
Setelah sekitar dua jam lebih perjalanan, akhirnya aku sampai di gerbang masuk Pantai Goa Cina. Bayar tiket masuk yang sangat murah (serius, gak nyampe harga kopi kekinian), dan taraaa... ombak langsung menyambut.
First Impression: “Ini Kok Kayak Liar Tapi Bikin Tenang, Ya?”
Pantai Goa Cina beda dari pantai-pantai wisata mainstream. Pasirnya putih bersih, air lautnya biru toska dengan gradasi yang cantik. Tapi yang paling aku notice adalah ombaknya yang besar dan bergemuruh. Katanya, di sini arus laut dari tiga arah sering bertemu dan menghasilkan gelombang yang kuat.
Itu sebabnya, meskipun pantainya indah, Goa Cina tidak direkomendasikan untuk berenang. Tapi bukan berarti gak bisa dinikmati—malah menurutku, deburan ombaknya jadi soundtrack yang sempurna untuk merenung.
Kenapa Namanya Goa Cina?
Nah, ini juga yang bikin aku penasaran. Ternyata, nama Goa Cina berasal dari sebuah goa kecil yang ada di sisi tebing pantai. Konon katanya, dulu ada pertapa dari Tiongkok yang menetap di sana untuk meditasi dan tidak pernah keluar lagi. Masyarakat setempat kemudian menyebutnya sebagai Goa Cina.
Aku sempat masuk ke goanya. Kecil, lembap, dan sedikit gelap. Tapi dari dalam, suara ombak terdengar menggema—kayak irama alam yang masuk ke relung hati. Serius, itu tempat yang bagus banget kalau kamu pengin ngobrol sama diri sendiri.
Sendirian, Tapi Gak Pernah Sepi
Yang aku suka dari Goa Cina adalah suasananya yang tenang. Waktu aku datang, pengunjung bisa dihitung jari. Ada satu keluarga piknik, dua anak muda bawa kamera DSLR, dan satu bapak-bapak yang sibuk memancing di batu karang.
Aku duduk di bawah pohon waru besar, buka bekal nasi bungkus yang kubeli di jalan, lalu makan sambil nonton ombak. Rasanya kayak adegan film indie—sendiri, tapi penuh makna.
Kadang kita gak butuh keramaian buat merasa utuh. Kadang, suara laut lebih menenangkan daripada obrolan grup WhatsApp.
Senja yang Tiba Tanpa Diundang
Sekitar pukul lima sore, warna langit mulai berubah. Jingga pelan-pelan melukis langit, dan matahari seperti mau pamit pulang. Pantai Goa Cina saat senja itu bukan cuma indah, tapi juga terasa... magis.
Bayangkan: langit oranye keemasan, laut yang menggelap tapi tetap bersinar karena pantulan cahaya, dan angin yang mulai dingin menyapa kulit. Aku duduk diam, gak main hape, gak mikirin kerjaan. Hanya jadi manusia yang bersyukur bisa menyaksikan momen sesederhana itu.
Dan buatku, itu momen yang mahal banget.
Fasilitas? Sederhana tapi Cukup
Jangan berharap Goa Cina punya resort mewah, ya. Tapi untuk traveler yang santai kayak aku, fasilitasnya udah cukup kok. Ada warung makan kecil yang jual kelapa muda, mie instan, dan gorengan. Ada kamar mandi umum (meski seadanya), serta tempat parkir yang luas.
Beberapa penduduk lokal juga menawarkan homestay sederhana. Kalau kamu mau camping, bisa juga banget—selama bawa perlengkapan sendiri dan tetap jaga kebersihan.
Tips dari Aku Buat Kamu yang Mau ke Pantai Goa Cina
-
Jangan datang terlalu sore
Supaya kamu bisa eksplor lebih lama dan dapetin sunset yang sempurna. -
Bawa bekal sendiri
Warung memang ada, tapi pilihan makanannya terbatas. Nasi bungkus is always a good idea. -
Gunakan sepatu atau sandal outdoor
Karena jalannya cukup berbatu, apalagi kalau mau naik ke spot-spot foto di karang. -
Hormati Alam & Goa
Jangan buang sampah sembarangan, dan jangan bikin keributan di sekitar goa. -
Datang dengan hati yang siap berdamai
Karena Goa Cina akan menyambutmu dengan kedamaian yang tak biasa.
Kesimpulan: Goa Cina Mengajari Aku Tentang Sunyi yang Menguatkan
Setiap perjalanan selalu meninggalkan jejak. Dan Pantai Goa Cina memberiku lebih dari sekadar pemandangan—ia memberiku ruang untuk bernapas, untuk memaafkan diri sendiri, dan untuk merasa cukup.
Di dunia yang bising dan serba cepat, pantai ini seperti slow motion yang menyembuhkan. Tempat di mana kamu bisa duduk diam dan merasa benar-benar hadir.
Kalau kamu sedang butuh jeda, atau sekadar ingin menepi dari riuhnya hidup, datanglah ke Pantai Goa Cina. Bukan hanya matamu yang akan dimanjakan, tapi juga hatimu yang akan dipeluk.
Dan siapa tahu, di sana kamu bisa berdamai dengan hal-hal yang belum selesai.
Posting Komentar